Untuk  mencermati lebih jauh mengenai kujang, berikut ini informasi mengenai  kujang seperti terdapat dalam beberapa naskah tertulis yang diperoleh.  Hal ini sebagai upaya dokumentasi naskah mengenai kujang agar memudahkan  semua pihak yang hendak melakukan kajian lebih mendalam.
Menurut Anis Djatisunda yang mengambil  tinjauan tentang Kujang dari Pantun Bogor, bentuk kujang yang digunakan  pada masa kejayaan Kerajaan Pajajaran terdiri dari: Kujang Ciung, yang  bentuknya menyerupai burung Ciung; Kujang Jago atau Kujang Hayam, bentuk  menyerupai ayam jago; Kujang Kuntul, bentuknya menyerupai burung  kuntul; Kujang Bangkong, seperti bangkong (kodok); Kujang Naga,  bentuknya seperti naga,Kujang Badak, menyerupai badak; Kujang  Pamangkas, alat pertanian dan Kujang Kudi, untuk perempuan. Sementara  menurut jenisnya, kujang memiliki fungsi sebagai Kujang Pusaka, sebagai  lambang 
keagungan yang sacral dan berkekuatan gaib; Kujang Pakarang, untuk berperang ketika diserang musuh; Kujang Pangarak, bertangkai panjang sebagai alat upacara-upacara tertentu serta Kujang Pamangkas, sebagai alat perladangan.
keagungan yang sacral dan berkekuatan gaib; Kujang Pakarang, untuk berperang ketika diserang musuh; Kujang Pangarak, bertangkai panjang sebagai alat upacara-upacara tertentu serta Kujang Pamangkas, sebagai alat perladangan.
NAMA-NAMA BAGIAN KUJANG
Wujud sebilah Kujang memiliki  bagian-bagian yang masing-masing memiliki nama, sekalipun tidak seluruh  bentuk kujang memiliki bagian sama lengkapnya. 
Kujang yang memiliki  bagian secara lengkap biasanya yang dimiliki oleh para raja, bangsawan  serta pejabat tinggi kerajaan. Bagian-bagian tersebut ialah: papatuk  atau congo, adalah bagian ujung kujang yang runcing untuk mencungkil;  eluk (siih), lekukan-lekukan atau gerigi pada bagian punggung kujang  sebelah atas, untuk mencabik-cabik isi perut musuh; waruga, nama bilahan  atau tubuh kujang. Bagian lainnya adalah: mata, lubang-lubang kecil  yang terdapat pada bilahan kujang. Pada awalnya tertutupi logam (bisanya  emas atau perak), tetapi dari kebanyakan yang ditemukan hanya tersisa  berupa lubang-lubang. Gunanya sebagai lambang tahap si pemakai. Paling  banyak berjumlah 9 mata dan paling sdikit 1 mata. Ada juga sama sekali  tanpa mata, yang kemudian disebut “Kujang Buta”. Bagian lainnya pamor,  yaitu garis-garis atau bintik-bintik pada badan kujang yang disebut  sulakar atau tutul, biasanya mengandung racun. Selain untuk memperindah  bilah kujang, juga untuk mematikan musuh secara cepat. Bagian tonggong  kujang adalah sisi yang tajam di bagian punggung, biasanya untuk  mengerat atau mengiris. Beuteung adalah sisi yang tajam di bagian perut,  gunanya sama dengan bagian punggung. Tadah adalah lengkung kecil pada  bagian bawah perut kujang, gunanya untuk menangkis dan memelintir  senjata musuh agar terpental dari genggaman. Paksi adalah bagian ekor  kujang yang lancip untuk dimasukkan kedalam lubang pegangan. Combong,  lubang pada kujang untuk mewadahi paksi. Selut, ring pada ujung atas  pegangan, gunanya untuk memperkokoh cengkeraman. Ganja atau landean,  nama khas pegangan gagang dan Kopak atau kowak adalah nama khas sarung  atau sarangka.
Diantara bagian kujang tadi ada yang  memiliki lambang “Kemandalaan”, yaitu kujang bermata sembilan. Jumlah  ini disesuaikan dengan banyaknya tahap mandala Agama Sunda Pajajaran  yang juga berjumlah sembilan. Yaitu (urutan dari bawah): mandala  kasungka, parmana, karna, rasa, seba, suda, jati, samar dan agung.
No comments:
Post a Comment